Daftar Isi

Brownstock Washing and Washing in Bleaching. What's the Difference?

Washing during kraft pulping can be divided in two separate areas each with this own distinct features, namely brownstock washing and washing in bleaching. The main purposes of brownstock washing are to remove dissolved organic and inorganic substances that would contaminate the pulp during subsequent steps in the process and to recover the maximum amount of spent chemicals with the minimum dilution. Efficient washing improves the recovery of spent chemical, reduces the consumption of reagents in the subsequent bleaching, and essentially limits effluent load from the plant.

The aim of washing in bleaching is to remove both dissolved organic and inorganic matter, which will disturb the subsequent bleaching stage and enhance the consumption of bleaching reagent. As the optimum chemical conditions in successive bleaching stages vary, one very important purpose of washing is to render the conditions more suitable for the next bleaching stage. This may include modifying the pH, the metal content of the pulp and the temperature. Thus, an additional aim of washing is also to serve as chemical conditioning and a heat exchanger during the purification procedure.

During the past decade, environmental concern have created new pressures to reduce effluent loading from kraft pulp bleaching. Pulp mills also have intrinsic needs to cut down their use of water and reduce effluent. Efficient and rational water use to provides improve heat balance and chemical recovery. Intrinsic and extrinsic demands have forced both pulp mills and the related engineering industries to develop and optimise pulping process equipment to meet these demands. Improve pulp washers and washing system connected with the introduction of oxygen-based reagents have in particular provided considerably improved tools for the reuse of process water and have thereby essentially reduced effluent discharge or even allowed the implementation of a closed water circulation system in kraft pulp bleaching.

This ongoing trend has placed increasing requirements on pulp washing particularly in the interstage washing in bleaching. Less fresh water is used for pulp washing, but at the same time the quality and cleanliness of the pulp should remain high. The more closed the water re-circulation system is, the dirtier the wash water will be during bleaching, probably resulting in an increased reagent consumption and poorer pulp quality. Since more expensive bleaching chemicals are use and the loss of bleaching chemicals is not acceptable, more specific washing is needed.

(Source: Silanpaa, Mervi (2005). Studies on Washing in Kraft Pulp Bleaching. Finland: Oulu University Press)
Baca Selengkapnya - Brownstock Washing and Washing in Bleaching. What's the Difference?

Karakteristik Lembaran yang Dijadikan Sebagai Acuan Perbaikan Kualitas Kertas

Menurut Berita Selulosa Vol. 42 (2007:3) karakteristik lembaran yang dijadikan sebagai acuan perbaikan kualitas kertas antara lain, 
  1. formasi, merupakan salah satu ukuran ketidakseragaman distribusi serat dalam lembaran kertas yang dinyatakan dalam satuan indeks ketidakseragaman (NUI: nonuniformity index). Semakin baik tingkat distribusi serat yang membangun lembaran kertas (formasi semakin baik atau NUI semakin kecil) akan berpenngaruh terhadap perbaikan hampir seluruh sifat kertas.
  2. Derajat putih, memiliki kaitan yang erat dengan formasi. Semakin baik formasi lembaran maka cahaya yang dihamburkan akan lebih banyak dan hal ini dapat meningkatkan derajat putih kertas. 
  3. Opasitas, merupakan salah satu parameter penting terutama untuk kertas yang akan dicetak/ditulis pada kedua permukaannya agar tidak tembus pandang. Selain gramatur, opasitas dapat dipengaruhi oleh bahan pengisi dan tingkat penggilingan yang diberikan. Penggilingan dapat meningkatkan luas permukaan total serat sehingga dapat memantulkan cahaya lebih banyak. Jika ini dapat tercapai, dikatakan opasitas lembaran meningkat.
  4. Porositas, merupakan indikasi kemampuan kertas untuk dapat ditembus oleh udara yang dilewatkan tegak lurus pada permukaannya. Porositas juga menggambarkan adanya ruang-ruang kosong dalam lembaran kertas. Makin rapat ikatan antar serat makin sedikit ruang kosong dan makin rendah porositas.
  5. Indeks tarik. Ketahanan tarik dipengaruhi oleh jumlah ikatan antar serat, kualitas serat, panjang serat, serta kandungan serat halus (fines). Penggilingan merupakan operasi kunci yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pencapaian kekuatan kertas. Untuk melihat pengaruh penggilingan terhadap perubahan kualitas serat pada lembaran tanpa dipengaruhi oleh jumlah serat, biasanya nilai ketahanan tarik dibagi dengan gramatur dan hasilnya dinyatakan sebagai indeks tarik.
  6. Indeks sobek. Ketahanan sobek ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya panjang serat, kekuatan serat, kualitas ikatan antar serat dan/atau tingkat orientasi serat yang membangun lembaran kertas. Proses penggilingan merubah panjang dan kualitas ikatan antar serat, sedangkan mekanisme pembentukan lembaran memengeruhi tingkat orientasi serat pada lembaran. Disisi lain, penggilingan juga dapat meningkatkan fleksibilitas serat. Kertas yang dibuat dari serat yang lebih fleksibel akan memiliki ketahanan sobek lebih tinggi dibanding kertas yang lebih kaku. Hal ini dikarenakan selama aksi penyobekan hampir semua serat terlibat didalam menahan gaya penyobekan.
Baca Selengkapnya - Karakteristik Lembaran yang Dijadikan Sebagai Acuan Perbaikan Kualitas Kertas

Refining dan Surface Sizing Sebagai Metode Peningkatan Kualitas Kertas

Untuk meningkatkan kualitas kertas, perlu adanya suatu metode untuk memodifikasi serat supaya menghasilkan lembaran kertas dengan kualitas yang ingin dicapai. Salah satu metode yang dikenal adalah penggilingan serat atau refining.

Menurut Berita Selulosa Vol. 42 (2007:2), penggilingan merupakan operasi untuk modifikasi serat sehingga menghasilkan kertas dengan sifat yang dikehendaki. Secara umum, peristiwa penggilingan memberikan beberapa efek terhadap serat, diantaranya adalah hidrasi yang berakibat pecahnya dinding serat diikuti dengan pembengkakan serat, penyikatan serat (brushing), fibrilasi, pemotongan serat dan pembentukan serat halus (fines). Pembentukan fines sangat diperlukan untuk mempercepat stabilitas proses melalui peningkatan kekuatan lembaran. Tetapi jika pembentukan fines berlebihan, maka akan memberikan beberapa kerugian selama proses pembuatan kertas, yaitu mengurangi laju drainase air di mesin, meningkatkan beban pengeringan, meningkatkan pendebuan, menurunkan kecepatan mesin dan mengakumulasi fines.

Selain refining, peningkatan kertas juga dapat dilakukan melalui metode surface sizing. Menurut J.C Robert (1996:145) surface sizing merupakan metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas permukaan kertas baik sebagai tujuan itu sendiri ataupun sebagai prasyarat untuk proses coating. Selain itu, menurut Holzforschung, Vol. 63 (2009:282) surface sizing akan memengaruhi porositas, kekasaran dan kekuatan internal kertas. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa surface sizing akan berpengaruh pada kekuatan kertas yang dihasilkan.
Baca Selengkapnya - Refining dan Surface Sizing Sebagai Metode Peningkatan Kualitas Kertas